BUDIDAYA JERUK
J E R U K(
Citrus sp )
1. SEJARAH SINGKAT
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina
dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun
yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau
dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan
orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan
Itali.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Keluarga : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sp.
Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk
Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan
C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem
Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk
sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri
atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang
terdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan
jeruk sambal (C. hystix ABC).
Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon
dan Grapefruit. Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby,
keprok medan, bali, nipis dan purut.
3. MANFAAT TANAMAN
1) Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggi.
2) Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji
jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang.
Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi,
esens minuman dan untuk campuran kue.
3) Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai
obat tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas
dan penyembuh radang mata.
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi: Garut (Jawa Barat),
Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar
(Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera
Utara). Karena adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen
Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi
yang diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini
tidak berlaku lagi.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan
buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi
tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan
arah angin.
2) Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan
basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga
dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat
memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
3) Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat
tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20
derajat C.
4) Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.
5) Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.
5.2. Media Tanam
1) Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi
liat 727%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan
udara baik.
2) Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.
3) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5–6,5 dengan pH optimum 6.
4) Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah
permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm.
Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
5) Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300.
5.3. Ketinggian Tempat
Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran rendah sampai tinggi tergantung pada spesies :
1) Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1–900 m dpl.
2) Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.
3) Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl.
4) Jenis Siem: 1–700 m dpl.
5) Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl.
6) Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.
7) Jenis Purut: 1–400 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif
berupa penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas
penyakit, mirip dengan induknya (true to type), subur, berdiameter
batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak, akar
tunggang berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit.
2) Penyiapan Bibit
Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk didapatkan dengan cara generatif dan vegetatif.
3) Teknik Penyemaian Bibit
a) Cara generatif
Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong.
Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari
hingga lendirnya hilang.
Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam
30-4- cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m membujur
dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1 m. Sebelum ditanami,
tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2.
Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung
disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke
dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan.
Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1)
atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1).
b) Cara Vegetatif
Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan
penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang
bawah (onderstam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan
perakaran
kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan,
tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas
batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese
citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Tanaman jeruk ditanam di tegalan tanah sawah/di lahan berlereng. Jika
ditanam di suatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan
ditamani dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak
tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data
berikut ini:
1) Keprok dan Siem : jarak tanam 5 x 5 m
2) Manis : jarak tanam 7 x 7 m
3) Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m
4) Nipis : jarak tanam 4 x 4 m
5) Grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m
6) Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m
Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2
minggu sebelum tanah. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari
lapisan atas tanah (25 cm). Tanah berasal dari lapisan atas dicampur
dengan 20 kg pupuk kandang. Setelah penanaman tanah dikembalikan lagi ke
tempat asalnya. Bedengan (guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat
jika jeruk ditanam di tanah sawah.
6.3. Teknik Penanaman
Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika
tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim
hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan:
1) Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan.
2) Pengurangan akar.
3) Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami,
daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan
mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari
kebusukan batang.
Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat
ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling
menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah
yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.
2) Penyiangan
Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.
3) Pembubunan
Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di
sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika
pangkal akar sudah mulai terlihat.
4) Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan
cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan. Dari
tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang
kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap
cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan
ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya
celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol. Ranting yang
sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.
5) Pemupukan
Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah penanaman adalah sebagai berikut:
a) 1 bulan: Urea=100; ZA=200; TSP=25; ZK=100; Dolomit=20; P.kandang=20 kg/tan.
b) 2 bulan: Urea=200; ZA=400; TSP=50; ZK=200; Dolomit=40; P.kandang=40 kg/tan.
c) 3 bulan: Urea=300; ZA=600; TSP=75; ZK=300; Dolomit=60; P.kandang=60 kg/tan.
d) 4 bulan: Urea=400; ZA=800; TSP=100; ZK=400; Dolomit=80; P.kandang=80 kg/tan.
e) 5 bulan: Urea=500; ZA=1000; TSP=125; ZK=500; Dolomit=100; P.kandang=100 kg/tan.
f) 6 bulan: Urea=600; ZA=1200; TSP=150; ZK=600; Dolomit=120; P.kandang=120 kg/tan.
g) 7 bulan: Urea=700; ZA=1400; TSP=175; ZK=700; Dolomit=140; P.kandang=140 kg/tan.;
h) 8 bulan: Urea=800; ZA=1600; TSP=200; ZK=800; Dolomit=160; P.kandang=160 kg/tan.
i) >8 bulan: Urea >1000; ZA=2000; TSP=200; ZK=800; Dolomit=200; P.kandang=200 kg/tan.
6) Pengairan dan Penyiraman
Penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman diairi sedikitnya
satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia,
tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.
7) Penjarangan Buah
Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan
penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah
serta kualitas buah terjaga. Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit,
yang tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan
kelebihan buah di dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok
buah dalam satu tangkai utama terdapat dan sisakan hanya 2-3 buah.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Kutu loncat (Diaphorina citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda.
Gejala: tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian: menggunakan
insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC),
Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan
Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas,
Selain itu buang bagian yang terserang.
2) Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga. Gejala: daun
menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian: menggunakan
insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC),
Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC),
Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).
3) Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
Bagian yang diserang adalah daun muda. Gejala: alur melingkar
transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung,
rontok. Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif
Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50
EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan
dibenamkan dalam tanah.
4) Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak
keperakperakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada
daun. Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite),
Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25
WP, Dicarbam 50 WP).
5) Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: lubang yang mengeluarkan
getah. Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan
insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion
(Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
6) Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
Bagian yang diserang Helopeltis antonii. Gejala: bercak coklat
kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda,
bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis.
Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50
EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25
WP).
7) Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)
Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes.
Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah
rontok, buah muda gugur sebelum tua. Pengendalian: gunakan insektisida
dengan bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide
40 EC). Kemudian buang bagian yang diserang.
8) Thrips (Scirtotfrips citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun
menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi
hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan
kadang-kadang
disertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak
terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai
mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol
(Kelthane) atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.
9) Kutu dompolon (Planococcus citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai buah. Gejala: berkas berwarna
kuning, mengering dan buah gugur. Pengendalian: gunakan insektisda
Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin
85 S), Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut
yang dapat memindahkan kutu.
10) Lalat buah (Dacus sp.)
Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak. Gejala: lubang
kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.
Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC),
Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon
Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate.
11) Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai. Gejala: daun berwarna
kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat
terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur.
Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon
45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC),
Methidhation (Supracide 40 EC).
12) Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)
Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian
bawah. Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.
Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran.
Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin
60 EC, 10 G).
7.2. Penyakit
1) CVPD
Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina
citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala:
daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal
buah oranye. Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain
itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang
CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun
yang baik.
2) Tristeza
Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang
diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese
citroen. Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun,
pertumbuhan terhambat. Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun,
memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dengan
insektisida Supracide atau Cascade.
3) Woody gall (Vein Enation)
Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus,
Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough
lemon dan Sour Orange. Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada
tulang daun di permukaan daun. Pengendalian: gunaan mata tempel bebas
virus dan perhatikan sanitasi lingkungan.
4) Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang
atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik
perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan
mengelupas. Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan
diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam
setahun.
5) Embun tepung
Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun
dan tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai
muda. Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate
(Nimrot 25 EC).
6) Kudis
Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun,
tangkai atau buah. Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi
gabus berwarna kuning atau oranye. Pengendalian: pemangkasan teratur.
Kemudian gunakan Fungisida Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate).
7) Busuk buah
Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia
theobromae. Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: terdapat
tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.
Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air
panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah
pohon.
8) Busuk akar dan pangkal batang
Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah
akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna
kuning. Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering. Pengendalian:
pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu
penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.
9) Buah gugur prematur
Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian
yang diserang: buah dan bunga Gejala: dua-empat minggu sebelum panen
buah gugur. Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.
10) Jamur upas
Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang.
Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering
dan sulit dikelupas. Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan
disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.
11) Kanker
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang
diserang adalah daun, tangkai, buah. Gejala: bercak kecil berwarna
hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak
seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm. Pengendalian: Fungisida Cu
seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu untuk mencegah
serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke
dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 28–36 minggu, tergantung jenis/varietasnya.
8.2. Cara Panen
Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.
8.3. Perkiraan Produksi
Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun,
kadang-kadang sampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia
sekitar 5,1 ton/ha masih di bawah produksi di negara subtropis yang
dapat mencapai 40 ton/ha.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan
buah yang mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi
dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas
4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar
sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat
terkecil.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah
disortasi/dipisahkan dari buah yang busuk. Kemudian buah jeruk
digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.
9.3. Penyimpanan
Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-10 derajat C.
9.4. Pengemasan
Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal
yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor.
Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun
sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas
tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah untuk mengemas jeruk
berkapasitas 50-60 kg.